“Agama
Mu, Tunggangan Mu”
Perebutan
Kedudukan Dengan Pengorbanan Agama
Ketika memutuskan akan menulis ini,
saya sadar akan banyak kontroversi yang timbul dan judgement terhadap saya
sebagai penulis, tapi ya di Negara ini semua bebas berpendapat asal dapat di
pertanggung jawabkan hehehe…
Beratus-ratus
tahun yang lalu agama diturunkan oleh Tuhan YME atau Allah Swt, melalui nabi
dan rasulnya. Agama diturunkan untuk memberikan panduan kepada umat manusia
dalam bertindak, bertingkah laku dan juga menjalani hidup sebagaimana mestinya
dan juga beriman kepada sang pencipta (apapun sebutannya di agama
masing-masing). Agama juga di turunkan bersama dengan kitab suci sebagai
petunjuk bagi umat manusia semesta alam. Setiap agam yang diturunkan baik mulai
pada zaman Nabi sebelum Muhammad hingga Nabi Muhammad selalu mengajarkan akan
kebaikan dan perdamaian. Mengajarkan persaudaraan antara satu dengan yang
lainnya.
Seperti
yang tertuang di dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujarat Ayat 11 dan 13.
- QS.Al-Hujurat ayat 11
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ
يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ
خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا
بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ
فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi
yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih
baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang
buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.
2.
QS. Al-Hujurat ayat 13
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ
أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.
NB : saya menyadur al-qur’an dikarenakan ini ajaran agama
saya dan saya tak berani mengambil saduran dari kitab suci lain dikarenakan
takut terjadi kesalah fahaman karena saya seorang muslim.
Persaudaraan (ukhuwah) merupakan salah
satu sifat terpuji (husnudzan) yang harus kita amalkan. Oleh karena itu ada
banyak sekali dalil tentang ukhuwah, baik dalam alquran maupun hadits. Setiap
orang tentu mendambakan sebuah hubungan baik dalam kehidupan keluarga maupun
dengan masyarakat yang lebih luas baik di lingkungan pendidikan kerja, sosial
dan lingkungan lainnya. Baik dengan orang-orang seagama rnaupun dengan pemeluk
agama lainnya. Saya rasa agama yang lainnya juga mengajarkan tentang
persaudaraan dan perdamaian dengan sesama saudara baik seiman dan tak seiman.
Mari menilik
kebelakang
Relasi antara agama dan politik itu
sangat dinamis, unik, menarik, sekaligus lucu. Keduanya kadang saling
berseteru. Sejarah mencatat, tokoh, komunitas, dan institusi keagamaan bisa
berperan menjadi penjaga moral masyarakat serta pengkritik kekuasaan yang
garang. Pula, agama bisa menjadi sumber energi luar biasa untuk melakukan
perlawanan terhadap rezim korup dan despotik. Sejarah gerakan Gereja Katolik di
Amerika Latin, Black Chruches di Amerika Serikat, Sufi Sanusiyah di Lybia, atau
Tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah di Banten, Indonesia, hanyalah sekelumit contoh
sejarah dimana agama telah melakukan fungsi kritisnya sebagai medium kritik
sosial sebuah masyarakat sekaligus sarana perubahan politik sebuah tatanan
kekuasaan.
Penting untuk
dicatat, bukan hanya agama yang melakukan perlawanan terhadap politik. Politik
juga sering melawan, mengintimidasi, dan menghancurkan agama. Dengan kata lain,
hubungan sekaligus nasib agama dan politik akan ditentukan oleh otoritas mana
yang paling kuat dan dominan dari keduanya serta bagaimana watak dan karakter
para elit politik dan elit agama yang kebetulan berkuasa. Jika politik menjadi
“superordinat”, maka agama akan berpotensi menjadi “subordinat”. Begitu pula
sebaliknya.
Sedikit kembali
kebeberapa ratus tahun kebelakang pada saat perang salib terjadi, Seorang
pendeta kristiani pernah berkata kepada seorang ksatria salib,
“Aku tidak ingin berbicara persoalan
agama. Disana hanya kutemukan orang-orang fanatik dan buta yang mengatasnamakan
agama untuk melegalisasikan penindasan dan ketidakadilan. Menganggap dirinya memahami
kalimat Tuhan dan menjadi satu-satunya representatif Tuhan di dunia. Karena
Agama yang sebenarnya adalah apa yang ada dihatimu, Ia akan menuntunmu untuk
menegakkan kesejahteraan, keadilan dan kebenaran. Karena itu merupakan alasan
mengapa engkau dilahirkan.”
Perang salib merupakan
sejarah yang memiliki cukup banyak sudut pandang dan sarat akan kepentingan.
Umat Islam, Kristen bahkan Yahudi memiliki versi sejarah yang berbeda dalam
perang salib. Satu kaum mengunggulkan “cerita” dalam sejarah perang salib
terhadap kaum yang lain. Bagaimanapun, meskipun kondisi saat itu merupakan
situasi dimana negara-negara di dunia sedang gencar-gencarnya melakukan
ekspansi. Terlepas apakah perluasan kenegaraan tersebut terlepas dari sentimen
agama maupun tidak. Namun, pada kanyataan yang terjadi dalam perang salib
peperangan perluasan daerah “jajahan” tersebut mengatasnamakan agama. Meyakini
bahwa agama yang mereka bawa sebagai penyelamat dan meyakini bahwa meninggal
dalam peperangan merupakan jalan menuju surga. Perang yang sebenarnya terkait
pada perluasan wilayah menjadi tajam ketika mulai dibenturkan dengan agama
samawi yang di anut (Kristen dan Islam). Dari sejarah seharusnya manusia
belajar akan kekejaman manusia itu sendiri yang memanfaatkan agama bagi kepentingan
politis.
Merefleksi
keadaan masa kini
Indonesia, terkenal
dengan keberagamannya. Negara yang ramah akan perbedaan dimana umat-umat agama
samawi dapat hidup berdampingan. Bagaimana tidak, Negara yang dahulunya pada
masa kerajaan yang merupakan mayoritas penganut Hindu-Budha kini berbalik
menjadi mayoritas muslim bahkan menjadi Negara dengan jumlah muslim terbesar
didunia, dapat hidup berdampingan dengan damai. Hampir di setiap sudut negeri
kita dapat melihat gereja, masjid, dan rumah ibadah lainnya dapat berdiri dan
penganutnya dapat menjalankan ibadah dengan tenang. Namun dapat dikatakan kini
mulai runtuh dan terkikis.
Umat beragama di Negara
ini mulai merasa tidak nyaman beribadah, kecurigaan antara satu umat dengan
umat lainnya terus meningkat. Hinaan, cercaan, cemooh mencemoohi, menganggap
satu agama berhak berada di atas agama lainnya terus bergejolak di Indonesia.
Situasi ini kemudian seolah-olah di ciptakan untuk memecah belah negeri ini.
Ketika idul fitri terjadi penyerangan masjid, ketika Natal terjadi Bom di
gereja, begitu pula lainnya.
Situasi politik yang
kemudian memanas juga menyeret-nyeret agama kedalamnya, lihat saja bagaimana
para elit-elit politik berlomba-lomba untuk menjadi orang soleh. Mengenakan
peci, memakai sorban, naik haji, sholat, bertemu tokoh-tokoh agama, membangun
gereja, bertemu para pastor dan uskup, memasang topeng kekhusyu’an saat
beribadah, semua mereka lakukan. Persaingan politik membuat mereka yang tak
pernah ke Masjid menjadi rajin kemasjid, membuat mereka yang tak pernah ke
gereja mendengarkan pastor menjadi rajin kegereja. Membuat mereka yang tak
pernah memasuki pura menjadi manusia yang sangat rajin berada di Pura.
Sisipositif memang melihat fenomena ini, namun ini hanyalah fatamorgana sesaat
yang ada.
Menganalisa lebih jauh
sebenarnya, perpecahan antar umat beragama ini lah yang sebenarnya di inginkan
oleh para kaum imperialisme. Kita kemudian di sibukkan dengan melakukan
persekusi kepada orang-orang yang menghina agama, sementara itu, Investasi
asing baik dari Amerika, Inggris, China dan Negara lainnya terus menggerogoti
kekayaan sumber daya alam kita. Kita kemudian di sibukkan dengan pemimpin kafir
dan non kafir, sementara itu di desa, tanah-tanah petani hilang dan dirampas
oleh investasi asing. Kita kemudian di sibukkan dengan utang kepada China dan
pekerja asing china yang dia anggap komunis, sementara Amerika terus menerus
mendominasi Freeport dan membunuh ribuan rakyat papua. Kita di sibukkan dengan
seorang Habib Riziq yang kabur ke arab Saudi karena tersandung kasus chat
mesum, tetapi di kota, para buruh di hisap tenaganya oleh para pemodal asing.
Ini lah yang sebenarnya
di inginkan oleh Negara-negara besar imperialis tersebut. Kita sibuk dengan urusan
religi, tetapi mereka terus menggerogoti kekayaan alam yang ada di Negara ini,
shingga kita akan terus terpuruk.
Maka jangan jadikan
agamu sebagai tunggangan mu dalam merengkuh kekuasaan politik. Karena hal ini
kemudian hanya menjadi bumerang bagi bangsa ini. Kita lupa akan permasalahan
pokok bangsa ini, kita luput akan tangis petani di negeri ini, kita lalai akan
peluh keringat buruh yang tak mendapatkan upah layak di tempat mereka bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar